Dalam surat Al Baqarah terdapat kisah terpanjang, yaitu kisah Nabi Musa -alaihi salam. Surat yang berarti sapi betina itu juga memiliki ayat terpanjang, ayat mudayana (tentang transaksi tidak tunai, ayat 282). Surat ini juga memuat paparan terpanjang secara berurutan (tiga halaman) tentang satu tema, yaitu tema infak pada ayat 261 hingga 274.
Infak yang dimaksud oleh ayat-ayat ini (261-271) adalah menyedekahkan sebagian harta karena Allah –taala- yang diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Ada hikmah istimewa dari infak (sedekah) yang oleh ayat-ayat itu disebutkan dua kali, yaitu laa khaufun alaihim wa laa hum yahzanun (ayat 262 dan 274), bahwa pada diri orang yang berinfak tidak ada rasa takut dan tidak ada sedih hati. Dengan kata lain, orang yang berinfak selalu bahagia.
Apa hubungan antara sedekah dengan kebahagiaan (happiness)?
Abdu al Daim Kaheel, pakar mujizat ilmiah Al Quran dan Sunnah, mengutip data statistik yang pernah dimuat di website CNN, bahwa di Amerika terdapat 27 juta pasien melakukan terapi depresi. Sekitar 10% penduduk AS depresi dan galau.
Para ilmuwan AS banyak mengkaji dan meneliti terapi depresi. Beberapa kelompok masyarakat dihadirkan sebagai objek penelitian. Mereka dites dengan menggunakan alat functional magnetic resonance imaging (FMRI) untuk mengukur tingkat aktifitas otak. Alat ini memberi gambaran apa yang terjadi di otak sebagai hasil dari perilaku tertentu.
Satu kelompok yang diteliti diminta menyedekahkan hartanya, dan kelompok lain sebagai penerima sedekah itu. Hasilnya, otak kelompok yang bersedekah memproduk ‘happiness hormones’ dari tempat yang disebut dengan markaz al mukafaah (reward center). Bahwa hormon kebahagiaan yang dihasilkan oleh otak kelompok yang bersedekah lebih besar dari pada kelompok penerima sedekah.
Ternyata, orang yang terbiasa infak (sedekah) kepada orang-orang yang membutuhkan lebih bahagia dari pada penerima sedekah itu. Sehingga, para ilmuan itu menyarankan bila ingin lepas dari depresi, rasa takut, gelisah, sedih, dan galau, maka terapinya sederhana: berinfaklah.
Allah –taala –berfirman, “Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati” (QS. Al Baqarah: 274)
Apalagi bila infak itu diberikan fi sabilillah, tidak disertai dengan ucapan dan perbuatan yang menyakiti penerima, tidak riya, hanya berharap ridha Allah dan berharap keteguhan hati, dan dipilih dari harta yang baik, maka hasilnya lebih luar biasa.
Wallahu alam bisshawab
Malang, 15 Muharram 1440H