Oleh: Ustadz Dr. Ahmad Djalaluddin, Lc. MA.
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar –radliyallahu `anhu- pernah terjadi paceklik dan kekeringan. Rakyat mengalami masa-masa sulit. Di puncak kesulitan, rakyat mendatangi khalifah pertama yang sekaligus mertua Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallama- itu.
Rakyat mengadu. “Wahai khalifah Rasulillah, hujan tak lagi turun. Lahan-lahan mengering, tanaman tidak tumbuh. Rakyat menderita. Apa yang harus kami lakukan?”
Abu Bakar, “Pulanglah dan bersabarlah. Saya berharap, tidak sampai sore Allah –subhanahu wa ta`ala- memberikan jalan keluar.”
Di ujung siang terdengar berita. Kafilah dagang milik Usman bin Affan –radliyallahu `anhu- mendekati Madinah, datang dari Syam. Ketika kafilah memasuki kota Madinah, masyarakat menyambutnya. Ternyata, 1000 ekor onta penuh dengan muatan minyak, tepung, dan kebutuhan pokok lainnya.
Kafilah berhenti di depan rumah Usman. Barang-barang dagangan diturunkan. Para pedagang menemui menantu Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallama- itu.
Usman menyambut para pedagang dan berkata, “Apa yang kalian inginkan?”
Para pedagang, “Kami siap membeli dan menjual kembali daganganmu ini. Dan engkau tahu masyarakat sangat membutuhkannya.”
Usman, “Kalian berani memberiku keuntungan berapa?”
Para pedagang, “Satu dirham dengan dua dirham”.
? Usman, “Beri aku lebih dari itu”.
Para pedagang, “Empat”.
Usman, “Tambah lagi”.
Para pedagang, “Kami beri engkau keuntungan 5 (kali)”.
Usman, “Tambah lagi”.
Para pedagang, “Di Madinah ini hanya kami yang bisnis. Tidak ada pedagang lain. Dan tidak ada yang mendahului kami menawar daganganmu. Siapa yang mampu menawar lebih tinggi dari kami?”
Usman, “Sesungguhnya Allah –subhanahu wa ta`ala- memberiku (keuntungan) 10 dirham untuk setiap 1 dirham. Satu kebaikan dibalas 10 kali lipat. Apa kalian berani memberiku lebih?”
Para pedagang, “Kami tidak mampu”.
Usman, “Aku menjadikan Allah sebagai saksi. Sesungguhnya aku sedekahkan semua dagangan ini kepada fakir-miskin Madinah”.
Kemudian Usman –radliyallahu `anhu- membagikan seluruh dagangannya. Semua fuqara`-masakin mendapat bagian yang cukup untuk diri dan keluarga mereka.
Allahu Akbar. Sinergi mertua dan menantu Nabi –shallallahu `alaihi wa sallama. Sinergi penguasa yang shalih dengan pengusaha yang shalih meringankan beban rakyat.
Semoga Allah menjauhkan bangsa Indonesia dari sinergi penguasa dan pengusaha yang mengeruk kekayaan rakyat dan bangsa tercinta.
Aamiin..
Wallahu a`lam bisshawab.
Sumber kisah: Fiqh al Tajir al Muslim wa Adabuhu, Husamuddin bin Musa `Afana, Bait al Maqdis, 1426H/2005M, hal. 30.
Malang, 6 Rabiul Awal 1438H
Join Telegram:
http://telegram.me/ahmadjalaluddin
Website :
http://www.tazkiyatuna.com
Silahkan disebarkan channel Telegram ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah kita. Aamiin,,