Jangan galau bila dalam hati bersemi cinta harta. Jangan gelisah bila ada keinginan untuk memiliki dan untuk kaya. Karena itu naluri yang diakui oleh Allah –taala- dan Nabi-Nya yang mulia. Bagi manusia, harta dengan ragam jenisnya itu indah dan layak untuk dicintai (Ali Imran: 34), karena memang Allah menjadikan harta itu indah dalam pandangan hamba-Nya.
Cinta harta tak pandang usia, bahkan seiring bertambah dewasa bertambah pula rasa cintanya pada harta. Kata Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam, “Anak Adam semakin tumbuh dewasa akan semakin besar pula bersamanya dua hal, yaitu: cinta harta dan cinta panjang umur” (HR. Bukhari).
Hadits ini, oleh Ibnu Hajar al Asqalani –rahimahullah, menjelaskan hikmah mengapa harta dan panjang umur menjadi paling dicinta oleh manusia. Sesungguhnya hal yang paling dicinta oleh manusia adalah dirinya. Karena itu ia sangat berharap ‘abadi’, maka ia menyintai panjang umur. Setelah diri, manusia sangat menyintai hartanya karena dianggap sebab utama bagi kesehatan yang prima, yang biasanya berdampak pada umurnya yang panjang. Karena itu, semakin dekat masa berkurangnya atau musnahnya harta, semakin kuat cintanya dan keinginannya pada keabadian harta.
Ibnu Abbas –radliyallahu anhuma – pernah mendengar Rasulullah –shallallahu alahi wa sallama- bersabda, “Sekiranya Bani Adam memiliki harta sepenuh lembah, pasti ia menyukai dan menginginkan satu lembah lagi. Dan ia tidak akan merasa puas melainkan mulutnya terpenuhi tanah. Dan Allah menerima taubat orang yang bertaubat” (HR. Muslim)
Dalam al Minhaj Syarah Shahih Muslim bin al Hajjaj, Imam Nawawi –rahimahullah- menjelaskan ketentuan umum yang berlaku bagi bagi Adam: ambisi dan menyukai harta. Sabda Nabi yang menyatakan bahwa Allah menerima taubat bagi yang bertaubat berhubungan dengan kalimat sebelumnya (manusia menginginkan lembah harta). Artinya, bahwa Allah –taala- menerima taubat atas ambisi tercela (al hirsh al madzmum) dan lainnya.
Ayat dan hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak menentang dan menghambat kecenderungan cinta harta ini. Tapi, melalui ayat-ayat dan hadits-hadits, Allah dan Rasul-Nya mengarahkan dan menunjukkan cara yang tepat dalam mengelola cinta harta dan dunia. Cara itu adalah sesering mungkin bertaubat dan menghayati bahwa ‘…itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Ali Imran: 14).
Ada yang lebih baik dan lebih layak untuk dicintai, yaitu nikmat abadi berupa surga. Bukan dunia yang fana yang akan meninggalkan pemiliknya. Dan jalan keabadian itu adalah bertaubat atas ambisi-ambisi duniawi serta mengggunakan hartanya untuk mengejar surga. Kata Said bin Musayyib –rahimahullah- cinta harta itu baik bila harta itu digunakan untuk menyembah Rab, untuk menunaikan amanah, untuk menjaga kehormatan diri, dan untuk bekal mandiri.
Wallahu alam bisshawab.
Malang, 7 Rajab 1439H