Ibnu Abbas -radliyallahu ‘anhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al Bukhari dalam al Adab al Mufrad dengan sanad yang shahih, beliau berkata:
” عَجِبْتُ لِلْكِلاَبِ وَالشَّاءِ، إِنَّ الشَّاءَ يُذْبَحُ مِنْهَا فِي السَّنَةِ كَذَا وَكَذَا، وَيُهْدَى كَذَا وَكَذَا، وَالْكَلْبُ تَضَعُ الْكَلْبَةُ الْوَاحِدَةُ كَذَا وَكَذَا وَالشَّاءُ أَكْثَرُ مِنْهَا ” اهـ .
“Aku heran terhadap anjing dan kambing. Sesungguhnya dalam kurun waktu setahun banyak kambing yang disembelih dan digunakan sebagai hadyu (dam haji tamattu’). Dan anjing yang melahirkan anak yang banyak. Tapi, jumlah kambing lebih banyak daripada anjing”.
Konon, ada dialog antara seorang pemuda dengan Ibrahim bin Adham -rahimahullah.
Pemuda: “Tak ada (dalam hidup ini) yang namanya barakah”.
Ibrahim: “Kamu tahu anjing dan kambing? Mana yang lebih banyak melahirkan?”
Pemuda: “Tentu anjing yang sekali melahirkan bisa mencapai tujuh. Kalau kambing sampai tiga”.
Ibrahim: “Coba perhatikan di lingkungan sekitar. Mana yang lebih banyak jumlahnya, anjing atau kambing?”
Pemuda: “Kambing lebih banyak”.
Ibrahim: “Bukankah kambing lebih sering disembelih dan tentunya jumlahnya berkurang.”
Pemuda: “Betul”.
Ibrahim: “Itulah barakah”.
Pemuda: “Mengapa kambing mendapat barakah, sedangkan anjing tidak mendapatkannya?”
Ibrahim: “Karena kambing tidur di awal malam dan bangun sebelum subuh. Kambing merasakan waktu rahmat yang diturunkan barakah di dalamnya.
Adapun anjing, dia tak tidur bahkan melolong sepanjang malam. Dan saat mendekati subuh dia tidur. Anjing kehilangan waktu rahmat, maka ia tidak mendapat barakah”.
Wallahu a’lam bisshawab
Malang, 6 Dzulqa’dah 1439H