Oleh: Ustadz Dr. Ahmad Djalaluddin, Lc. MA.
“Benih Keberanian adalah Keyakinan pada Ajal”
Seorang ibu tak dikenal. Ketika Al Hajjaj membunuh anak si Ibu, ia seakan mengejek ibu itu. Tapi ibu tak dikenal itu berkata, “Kasihan engkau Hajjaj, meskipun engkau tidak membunuh anakku, ia akan mati juga”.
Si ibu yakin pada hadits shahih ini:
إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْساً لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ
“Sesungguhnya Ruh al Qudus (Jibril) membisikkan di hatiku, bahwasanya sebuah jiwa tidak akan mati kecuali setelah disempurnakan rizkinya dan ajalnya. Dan bertakwalah kepada Allah dan baiklah dalam berdo’a”. (HR. Ibnu Hibban dan Hakim)
“Benih Tawakkal adalah Keyakinan pada Rizki”
Berburu rizki tak hanya di siang hari. Bahkan dalam mimpi pun banyak yang mengejar rizki. Siang dan malam hidup dalam kekhawatiran. Akhirnya, demi rizki menghalalkan segala jalan.
Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallam- tercinta menenangkan hati-hati yang gundah:
لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يَهْرُبَ مِنَ الْمَوْتِ ، لأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ
“Seandainya Bani Adam lari meninggalkan rizki sebagaimana lari menjauhi kematian, sungguh rizkinya akan mengejarnya sebagaimana kematian juga akan mengejarnya” (Hadits Hasan)
Jangan tergesa-gesa,
rizki tidak dengan tergesa-gesa
rizki termaktub dalam lauhu al mahfudh beserta ajal sekiranya sabar rizki akan mengejar.
Sayang, manusia dicipta (bertabiat) tergesa-gesa.
“Benih Ridla adalah Keyakinan pada Kebaikan”
Hidup kadang bergelimang nikmat dan kadang berselimut duka. Suka dan duka, baik dan buruk hanya ada dalam kamus kehidupan manusia. Bagi Allah –subhanahu wa ta`ala- suka dan duka, baik dan buruk adalah sama: ada kebaikan bagi manusia.
عن أبي سعيد وأبي هريرة رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “ما يصيب المسلم من نصب ولا وصب ولا هم ولا حزن ولا أذى ولا غم حتى الشوكة يشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه” (متفق عليه)
Abu Sa’id dan Abu Hurairah–radliyallahu `anhuma- berkata bahwa Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallam- bersabda, “Segala sesuatu yang menimpa muslim, baik rasa letih, sakit, gelisah, sedih,menyemai benih untuk kehidupan yang lebih berart gangguan, gundah-gulana, maupun duri yang mengenainya (adalah ujian baginya). Dengan ujian itu, Allah mengampuni dosa-dosanya.” (Muttafaq ‘alaih)
Mari menyemai benih untuk kehidupan yang lebih berarti..
Wallahu a`lam bisshawab