1. الأسرة المؤمنة Al Usrah al Mu’minah (Keluarga Beriman).
Berumah tangga tak hanya masalah dunia, tapi juga akhirat.
Tak cukup hanya harta atau materi untuk menghadapi masalah keluarga. Tapi, imanlah yang menjadi modal utama.
“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (Al Thur: 21)
2. الأسرة العابدة Al Usrah al ‘Abidah (Keluarga Beribadah)
Keluarga yang membangun imunitas dengan ibadah kepada Allah ta’ala. Ibadah merupakan benteng bagi masa depan keluarga dari ragam godaan dan penyimpangan.
“Kemudian datanglah setelah mereka pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat” (QS. Maryam 59)
Karena itu yang diminta oleh Ibrahim kepada Allah untuk keluarganya adalah: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah 128)
3. الأسرة المتعلمة Al Usrah al Muta’allimah (Keluarga Pembelajar)
Keluarga membutuhkan ilmu untuk meningkatkan kualitas rumah tangga. Karena tidak sama keluarga yang berilmu dan keluarga tanpa ilmu (QS. Al Zumar: 9)
Keluarga memerlukan ilmu untuk menunaikan kewajibannya kepada Allah dan untuk menjalani profesinya secara benar dan tepat. Karena semuanya kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah -ta’ala.
4. الأسرة العامرة والمنتجة Al Usrah al ‘Amirah al Muntijah (Keluarga Pemakmur Bumi dan Produktif)
Keluarga mengemban amanah ilahiyah yang berkewajiban untuk beribadah dan memakmurkan bumi (QS. Hud: 61), yang dituntut untuk mendayagunakan segala potensi yang dimiliki. Kelurga ideal adalah keluarga yang produktif untuk bekal dunia dan akhiratnya.
5. الأسرة الشاكرة Al Usrah al Syakirah (Keluarga Bersyukur)
Keluarga yang menghayati bahwa segala yang dimiliki adalah karunia Allah, bukan hasil prestasi diri. Itulah syukur, dan itulah rahasia keabadian nikmat Sulaiman yang berbeda dengan Qarun yang dimusnahkan harta dan kekayaannya.
Ibrahim -alaihi al salam- pun membekali anak-anak dengan jiwa yang bersyukur:
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37)
6. الأسرة النافعة Al Usrah al Nafi’ah (Kelurga yang bermanfaat) bagi Lingkungan
Nilai keluarga tak hanya dilihat pada keunggulan-keunggulan internalnya. Tapi, nilai itu ditentukan oleh manfaat yang dipersembahkan untuk lingkungan sekitar: menebarkan kebaikan dan menjauhkan keburukan di lingkungan sekitar (QS. Ali Imran: 110)
Ya Allah, jadikan keluarga kami keluarga Qur’ani yang Engkau ridhai. Amin
Wallahu a’lam bisshawab
Malang, 16 Dzulqa’ida 1439H