Kekuatan Doa

Oleh:  Ustadz Dr. Ahmad Djalaluddin, Lc. MA.

Doa itu terlihat mudah. Cukup lisan melantunkan permohonan berharap Allah -`azza wa wajalla- mengabulkan harapan. Doa tidak memerlukan waktu khusus, walaupun ada waktu yang dianggap mustajab.

Doa juga tidak memerlukan tempat khusus, meskipun ada tempat yang dianggap mustajab.
Doa untuk diri sendiri itu mudah, tapi ada yang enggan berdoa saat merasa tidak ada masalah dalam hidupnya. Padahal, merasa tidak ada masalah adalah masalah.

Mendoakan orang lain itu mudah, tapi ada yang enggan berdoa untuk sesama. Alasannya, itu masalah mereka, itu masalah politik, itu masalah perebutan kekuasaan, itu masalah kecil yang dibesar-besarkan. Dan banyak alasan lain yang dijadikan basis untuk tabrir (justifikasi) keengganan mendoakan saudara.

Ternyata, Allah –subhanahu wa ta`ala- mengingatkan, jangan membiarkan orang yang lemah _(mustadl`afin) berdoa sendirian:

… رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا (75)

“… Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang dhalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”.

Doa itu terlihat mudah dan sederhana, tapi di balik kemudahan dan kesederhanaan itu ada potensi kekuatan dan kemenangan.

Setelah Nabi Nuh -`alaihi al salam- berdoa, “…aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)” (Al Qamar: 10), para penentang dakwahnya pun tenggelam oleh banjir.

Setelah Nabi Musa -`alaihi al salam- berdoa, “Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka…” (Yunus: 88), Fir`aun dan tentaranya pun tenggelam di lautan.

Menjelang perang Badar, setelah Nabi Muhammad –shallallahu `alaihi wa sallama- berdoa:

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِى الأَرْضِ (رواه مسلم)

“Ya Allah, penuhilah untukku apa yang Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikan apa yang telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau biarkan pasukan Islam ini binasa, tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini”, (HR. Muslim)

Allah pun menurunkun bantuannya, “ (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:

“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut” (Al Anfal: 9).

Al Qadli Ibnu Syaddad –rahimahullah- pendamping Shalahuddin Al Ayyubi –rahimahullah- bercerita, bahwa malam hari menjelang perang besar Shalahuddin tidak bisa tidur. Ibnu Syaddad menyarankan beliau agar memohon pertolongan kepada Allah dan bersedekah.
Saran itu dipraktikkan.

Shalahuddin menunaikan shalat dua rakaat antara adzan dan iqamah. Sujud beliau panjang dan terlihat air matanya membasahi tempat sujud. Dan di hari itu kaum muslimin mendapat kemenangan yang besar.

“`Mari berdoa untuk mustadl`afin di Syam, semoga Allah –subhanahu wa ta`ala- menurunkan kemenangan.“`

Wallahu a`lam bisshawab

Malang, 19 Rabiul Awal 1438H

http://tlgrm.me/ahmadjalaluddin

Silahkan disebarkan channel Telegram ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah kita. Aamiin,

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.