Oleh: Ustadz Dr. Ahmad Djalaluddin, Lc. MA.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”. ( QS Hud: 6)
Ketika seorang anak berhasil masuk sekolah favorit, atau berhasil menembus perguruan tinggi terbaik, atau ketika seseorang meraih spesialisasi tertentu, atau ketika diterima di sebuah instansi/perusahaan bonafit, ada yang berkomentar: “Masa depan anak dan orang itu terjamin”.
Apakah sekolah atau perguruan tinggi mampu menjamin masa depan?
Apakah spesilisasi dan keahlian mampu menjamin masa depan ?
Apakah instansi dan perusahaan mampu menjamin masa depan ?
Mereka yang ada di sekolah atau perguruan tinggi, yang memiliki keahlian dan spesialisasi, dan mereka yang bekerja, tidak mengetahui masa depannya.
Tidak tahu apa yang terjadi dengan pendidikannya, dengan spesialisasinya, dan dengan pekerjaannya. Bahkan tidak tahu kapan dan di mana hidupnya akan berakhir.
Mukmin sangat yakin bahwa Allah –subhanahu wa ta`ala- menjamin rizkinya. Tapi, ia tidak tahu pasti sampai kapan akan menikmati jatah rizkinya. Manusia tidak mampu menjamin masa depannya dan masa depan orang-orang yang dikasihinya.
Ibnu Abi al Dunya –rahimahullah- dalam Kitab Al Yaqin meriwayatkan dari Ziyad bin al Mudhaffar yang berkata: Aku mendengar Al Hasan berkata: “Wahai Bani Adam! Keyakinanmu dianggap lemah bila apa yang ada di tanganmu lebih engkau yakini daripada apa yang dimiliki Allah -`azza wa jalla”.
Ibnu Rajab al Hanbali dalam Jami` al Ulum wa al Hikam meriwayatkan bahwa Abu Hazim al Zahid –rahimahullah- saat ditanya: “Apa hartamu?”, Beliau menjawab: “Hartaku ada dua. Dengan dua harta itu aku tidak khawatir miskin. Hartaku adalah al tsiqatu billah (yakin kepada Allah) dan al ya`su min maa fi aidi al naasi (tidak berharap dari kekayaan manusia)”.
Hanya Allah –subhanahu wa ta`ala- yang mampu menjamin masa depan hamba-Nya. Pemilik sekolah/perguruan tinggi tidak mampu menjamin dirinya, apalagi orang lain. Jabatan dan keahlian tidak mampu menjamin masa depan, karena jabatan dan keahlian bisa hilang dalam sekejap.
Perusahaan dan instansi tidak mampu menjamin eksistensinya, apalagi menjamin masa depan para pegawainya.
Hanya kepada Allah –subhanahu wa ta`ala- seorang mukmin menggantungkan masa depannya.
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ (رواه الترمذي)
“Ya Allah, cukupkan aku dengan yang halal (milik Mu) dan jauhkan aku dari yg haram. Dan kayakan aku dengan karunia-Mu (sehingga) aku tidak tidak butuh pada selain-Mu.”
Wallahu a`lam bisshawab
Malang, 29 Safar 1438H
?Join Telegram:
http://telegram.me/ahmadjalaluddin
Silahkan disebarkan channel Telegram ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah kita. Aamiin,,