Agar Harta Kita Bertambah, Aman dan Tercukupi

Semua orang ingin tercukupi kebutuhannya. Tak hanya kebutuhan, keinginannyapun terpenuhi. Bahkan ada yang mengangankan surga sebelum memasukinya, cukup dengan ‘krentek hati’ yang diharap datang menghampiri. Tapi, untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, dan ‘krentek hati’ itu, orang per orang berbeda dalam mewujudkannya.

Ada yang menggunakan cara wahyu, dan ada yang menuruti cara nafsu :

1. Ingin harta bertambah? Resep wahyu memastikan bahwa sedekah menambah harta, tapi nafsu berkata lain: simpan dan tahanlah harta.

2.  Ingin dimudahkan urusan? Logika nafsu memberi saran: miliki kuasa, harta, dan sarana untuk diri, maka semua menjadi mudah. Tapi, wahyu berkata lain, “Mudahkan orang lain dengan hartamu, dengan kuasamu, dengan apa saja yang dimiliki, niscaya Allah akan memudahkan segala urusanmu”.

3.  Ingin dimudahkan melunasi hutang? Lancar membayar cicilan? Kalau nafsu lebih memilih tahan harta dan dahulukan membayar tanggungan, tapi wahyu bercerita bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- mengingatkan Qais bin Sali al Anshari dengan sanad yang shahih atau hasan, “Berinfaqlah niscaya Allah berinfak untukmu”. Setelah pesan itu dilaksanakan, Qais berkata bahwa dia menjadi orang paling kaya dan paling dimudahkan (urusan) oleh Allah, dibanding keluarga dan saudara-saudaranya.

4.  Ingin harta aman dana awet? Nafsu berkata, “Semakin banyak menyimpan dan menahan harta, maka harta terjaga dan aman”. Tapi, wahyu berkata lain, “Di tiap pagi ada dua malaikat berdoa. Malaikat pertama berdoa, “Ya Allah, berilah ganti yang lebih baik bagi yang berinfak”. Malaikat kedua berdoa, “Ya Allah, bagi yang menahan harta dan enggan berinfak, musnahkanlah hartanya” (Shahih al Targhib).

5.  Ingin untung dan tak mau rugi? Nafsu memilih ‘semakin banyak yang dihasilkan dan samakin besar yang ditahan, maka itulah untung’. Tapi, Abdul Aziz al Muhammad al Salman menggali pesan wahyu dan beliau sampai pada simpulan bahwa di antara yang rugi adalah orang yang berharta tapi tidak bersedekah, kemudian ia mati dan hartanya diwarisi oleh orang lain yang kemudian ia menyedekahkannya.

Nafsu seringkali tak sejalan dengan wahyu, tapi Allah -subhanahu wa taala- menghendaki para hamba berusaha menyelaraskan nafsunya dengan kehendak wahyu.

Diperlukan upaya serius, menarbiyah (mendidik) diri guna menjinakkan nafsu agar tunduk pada kehendak wahyu.

*Semoga Allah -taala- memberkahi.*

Malang, 18 Rabi’ulakhir 1440H

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.